Dirut Baru Ungkap Tiga Jurus Baru Usai Ditunjuk Jadi Direktur Garuda Indonesia

JAKARTA, KORAN HARIAN 55 — Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Wamildan Tsani Panjaitan memberikan sejumlah langkah strategis dalam upaya pembenahan perusahaan maskapai pelat merah itu, yang saat ini masih terus didera kerugian.

Wamildan mengatakan langkah tersebut juga sejalan dengan Instruksi Presiden Prabowo Subianto yang berkeinginan untuk meningkatkan profitabilitas maskapai nasional, serta semakin terkemuka di kancah Internasional.

“Pertama, saya akan melaksanakan evaluasi secara menyeluruh terhadap kondisi keuangan operasional Garuda Indonesia. Dengan melaksanakan langkah tersebut, saya akan dapat menentukan langkah-langkah teknis selanjutnya,” ujar Wamildan, Jumat (15/11/2024).

Kedua, lanjutnya, hal yang akan dilakukan yakni mengakselerasi kinerja perusahaan. Hal itu dilakukan dengan meningkatkan aktivitas bisnis yang dapat mengerek sumber pendapatan, termasuk digitalasi.

Ketiga, yakni melakukan ekspansi jaringan dan meningkatkan kualitas pelayanan. Hal itu, kata dia, dapat dilakukan dengan adanya penambahan kapasitas pesawat, sehingga dapat menambah perjalan maupun rute-rute.

“Untuk menjalankan 3 langkah strategis ini, tentunya saya dan juga jajaran direksi serta komisaris akan melaksanakan koordinasi dan kolaborasi untuk mendapatkan dukungan penuh dari kementerian terkait,” tuturnya.

Wamildan sebelumnya resmi menjadi Dirut Garuda, menggantikan Irfan Setiaputra, yang telah memimpin maskapai penerbangan pelat merah itu sejak Januari 2020.

Pergantian tersebut dilakukan berdasarkan apat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Garuda yang dilaksanakan pada hari ini, Jumat (15/11/2024), sekaligus mengonfirmasi pemberitaan Bloomberg awal November.

“Hasil RUPSLB memberhentikan saya sebagai Dirut, Pak Wamildan yang menggantikan saya,” ujar Irfan saat ditemui usai RUPSLB di kantornya.

Meskipun restrukturisasi utang hampir US$10 miliar pada tahun 2022 yang mengakibatkan armadanya menyusut dari sekitar 210 pesawat, Garuda masih berjuang untuk menghasilkan laba di tengah meningkatnya persaingan bisnis penerbangan yang ketat.

Hingga akhir September 2024, Garuda sendiri masih membukukan kerugian bersih sebesar US$131,22 juta atau setara sekitar Rp2,06 triliun. Angka ini membengkak 81,29% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun, Garuda masih mencatat kenaikan pendapatan usaha konsolidasi sebesar 16,99% secara tahunan menjadi US$2,02 miliar sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini.

Dari jumlah tersebut, sebesar US$291,1 juta berasal dari penerbangan berjadwal, yang mana pemasukan ini naik 6,16% secara tahunan. Kemudian, penerbangan tidak berjadwal naik 8,10% secara tahunan menjadi US$253,9 juta.