Dampak Banjir Di Perumahan Bukit Baruga Antang, Ratusan Pemilik Rumah di 3 Cluster, Besok Selasa, Akan Geruduk Kantor Bukit Baruga, Tuntut Tanggungjawab Pengelola

MAKASSAR, KORAN HARIAN 55 – Dampak akibat banjir di tiga Cluster yakni Java 3, Bali Regency dan Bali Thai, perumahan Bukit Baruga Antang (Baruga Asri Development), sekitar tujuh ratus pemilik rumah, akan mengeruduk Kantor pengelola Baruga Asri Development (BAD) Selasa (17/02/2025).


Tujuh ratus Pemilik rumah dari tiga cluster yakni Java 3 Bali Regency dan Bali Thai, yang mengalami musibah banjir pada Rabu dinihari (12/02/2025) lalu, akan menuntut pihak developer Baruga Asri Development, karena dianggap lalai kelalaian tidak Ada Persiapan teknis menghadapi musim hujan pengelola tidak mengambil pelajaran dari banjir 2022, mengenai limpahan air masuk dan bagaimana flushing air keluar kawasan, juga terkesan hanya mengejar profit dengan penimbunan dan pembangunan cluster baru di daerah tangkapan air, dan terbukti memperparah genangan, tutur korlap Aliansi Warga Bukit Baruga Java 3, Bali regency dan Bali Thai, Ahmad R, usai rapat warga yang dilaksanakan pada Sabtu (15/02/2025) lalu di Jalan Kaliurang 1.


Menurut Ahmad, seharusnya pihak Pengelola memaparkan Amdal dan Perencanaan Jangka panjang untuk di review oleh Warga dengan Background Lingkungan, Engineer, Hukum, Hidrologi Kelalaian dam tidak ada pengecekkan Pompa ketika hujan, dengan tanda-tanda darurat, pihak penglola tidak melakukan simulasi pada pompa sehingga saat peristiwa banjir, pompa sangat tidak siap, baik secara penyaluran debit air maupun teknis pengoperasian, dengan selang pompa yang diikat seadanya dan sering terlepas dan tidak menggunakan sistem male-Female, Pompa harus selalalu di kontrol dan dikalkulasi kemampuannya dalam memompa genangan keluar.

Klik : https://vt.tiktok.com/ZSM2ENxaM/

 


Ditambahkan, para pemilik rumah di tiga cluster menuntut ganti rugi atas kerusakan yang terjadi (sesuai kondisi objektif masingmasing rumah) akibat terdampak genangan Air, bertanggung jawab atas janji promosi baik secara lisan saat pameran, maupun secara tertulis pada media sosial dan brosur saat pameran dan promosi.
Kelalaian juga disebabkan  tidak adanya warning dan peringatan dini.
Juga tidak adanya tanda atau peringatan dari pengelola atupun security bahwa air sudah naik. Tidak ada system kontrol dan peringatan dini, Security yang berjaga dan tidak ada inisiatif untuk memberi peringatan meskipun hanya sekedar mengetuk tiang listrik atau membangunkan warga, padahal dengan sadar mengetahui kenaikan air secara perlahan.
“Harus dibuatkan sistem tanggap bencana dan kelalaiannya tidak ada pengarahan Resource untuk segera bergerak, pencegahan dan evakuasi juga penanganan taktis sangat lambat utamanya untuk evakuasi kendaraan dan Warga, sehingga menyebabkan kerugian yang besar”tegasnya.

Selain itu tambah Ahmad, kelalaian pengelola tidak pernah berkoordinasi dengan Warga untuk penanganan pengelola, selalu mengambil tindakan hanya berdasarkan asumsi tanpa melibatkan warga, sedangkan warga yang menyaksikan langsung permasalahan dilapangan, sehingga banyak tindakan pengelola yang tidak tepat sasaran seperti pembuatan blokade air dengan karung pasir ditempat yang sebenarnya, bukan jalur air masuk.
“Kurangnya Empati dari pihak developer, pihak pengelola bukit baruga yang anti kritik, itu salah satu dari kalalaian mereka” tambahnya.


Senada yang diungkapkan M Nuh, jubir Bali Regency, mengungkapkan, Adanya penyempitan di jembatan serenity, terjadi Bottle neck sehingga meluap, jebolnya pagar Bali Thai, adanya Jalur Truk pengangkut timbunan yang memblokade jalur air Sungai Nipah-nipah yang bercabang seharusnya dijadikan satu saja tapi lebih besar, sehingga air yang di jalur serenity hanya untuk pembuangan dari Kawasan. Pagar Batas kawasan di BaliThai harusnya didesain sebagai tanggul yang tidak mudah roboh untuk menghalau datangnya air dari arah bukit nirwana dan tanah Kosong, Jalur Truk timbunan yang memblokade aliran air menyebabkan tertumpuknya air dan menjadi salah satu penyebab rubuhnya pagar pembatas.
“Harusnya dibuatkan tanggul yang kokoh untuk blokade masuknya limpahan air, akibat kelalaian pengelola dalam respon dini bencana, mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Bencana Tidak Bisa ditolak tapi yang bisa di lakukan adalah meminimalisir resiko dampak bencana.

Dalam hal ini pengelola dinilai Lalai dalam membaca tanda tanda alam seperti curah hujan, pasang surut muka air” tegas Muh Nuh.

Ditambahkannya, informasi penting lainnya seperti dibukanya pintu air Bili-bili dan juga riwayat banjir tahun tahun sebelumnya , dan gagal melakukan tanggapan taktis dari teknis maupun emergency respon, menyebabkan kerugian yang besar, baik secara materil dan psikis, banyaknya kendaraan dan barang elektronik yang terendam dan biaya tambahan untuk perbaikan dan pembersihan rumah, dimana pormosi awal yang di gaungkan adalah kawasan bebas banjir sebagaimana tercantum dalam brosur-brosur yang beredar, ini menjadikan missleading atau penyesatan dalam pengambilan keputusan pembelian rumah.
“Banyaknya kendaraan yang Rusak, banyak perabotan dan barang elektronik rusak, barang berharga seperti ijazah dan sertipikat terendam, tentunya menimbulkan kerugian besar, yang harusnya bertanggungjawab atas kerusakan yang terjadi” tutupnya

Dalam aksi nanti, Pemilik rumah di tiga cluster besok (Selasa) akan meminta pertanggungjawaban keaada pihak Baruga Asri Development dan Direksi Kalla Group agar memiliki etikat baik kepada warga di tiga cluster di Peru,,ahan Bukit Baruga, karena pasti akan berdampak buruk, apalagi jika pihak Direksi dan pengelola dilaporkan dan masuk keranah hukum. (tim)